PRANA SAKTI INDONESIA CABANG PEKALONGAN MENGEDEPANKAN KUALITAS ANGGOTA MENJADI MANUSIA YANG BERTAQWA KEPADA ALLAH SWT.

Minggu, 24 Juni 2012

Sambungan dari Tingkat halusan

Manusia pada umumnya bersifat kasar ditandai hati yang keras tak mau mengalah bahkan berenafsu mengalahkan manusia lainnya dengan cara arogansinya. Dalam setiap anggota Prana Sakti Indonesia terutama tingkat halusan dimulailah membentuk karakter halus ,berkarakter lemah lembut dalam hatinya. Yang demikian ini dimulainya jurus dan nafas yang halus agar menghidupkan hatinya dari pada fisik lahiriahnya. Mulai melihat dan merasakan,menghayati segala aspek kehidupannya dengan hati sebagai mata melihatnya. Oleh karena itu bagi anggota PS yang sudah matang tingkat keimanannya akan selalu memandsang orang lain tidak melihat fisik jasmaninya belaka,namun melihat dengan sudut pandang hatinya . Hati mulai menilai bahwa perilaku buruk baiknya terpancar dari titik sentral hatinya sesuatu bermula. Dorongan hati yang kuat berbuat bauk atau jahat dimnulai dari hati. Makanya memilih teman,pemimpin harus mulai dengan penilaian dari hatinya supaya tidak salah di kemudian hari yang berpengaruh pada banyak orang atas kepemimpinannya kelak. Sehingga tidak diktator jika jadi pemimpin.

Baik buruk seseorang hatilah yang jadi sentral sorotan tajam sebabnya. Makanya dengan penghayatan ABC di Prana Sakti Indonesia membentuk karakter berbudi pekerti baik,sopan,santun,penuh kasih sayang,pengertian,peduli dan peka terhadap kaum yang lemah penuh penderitaan untuk perlu ambil tindakan suka menolong agar menumbuhkan pahala besar dari Allah Swt untuk bekal hidup di akherat kelak. Tingkat halusan diharapkan sudah membiasakan diri selalu ingat ,peka memandang sesuatu dengan amal perbuatannya.

Tingkat halusan ini sudah menyadari sepenuhnya bahwa hidup di dunia hanyalah sementara dan sekali. Tiada hari tanpa makna dalam menyikapi segala sesuatu dengan relung hatinya yang paling dalam. Hati yang tidak mati adalah yang selalu mengisi hidup penuh amal jariah. Hatinya akan selalu meronta dan menangis bila melihat kejadian yang sadisme sekalipun tidak atas perbuatannya sendiri. Tingkat di halusan sudah menyadari sepenuhnya bahwa hati juga butuh makan kenyang layaknya perut kita. Hati yang kenyang dengan amal sholeh perbuatan luhur yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar